• Sarah-Rahma Azhari Menangis di Sidang MK

    Kemajuan teknologi informasi, dengan munculnya banyak situs, media elektronik, dan blogger, rupanya malah berdampak buruk bagi kakak beradik Sarah dan Rahma Azhari. Artis bersaudara ini merasakan kerugian yang besar secara materiil dan moril, terkait dengan pemasangan dan penyebaran foto-foto bugil, dan pose syur mereka di internet. Pasalnya, masyarakat banyak yang percaya dengan hal ini, dan akhirnya muncul kata-kata yang menghina mereka. Apalagi belum lama ini, nama mereka, serta artis Tamara Blezinsky, dan Luna Maya, dicatut oleh sebuah situs prostitusi

    Pada layar iklan situs tersebut dipasang foto dan gambar seksi para artis itu, dan disebutkan bahwa para artis ini dijual senilai sekian juta,dan bisa dibooking untuk memuaskan hasrat para kaum lelaki. “Yang pasti, saya sedih karena ada orang yang buat situs prostitusi ini memuat nama saya, kakak saya, Ayu, dan adik saya, Rahma, tanpa konfirmasi. Dan saya tidak tahu siapa pelakunya,” kata Sarah di hadapan majelis hakim, saat Sidang Pleno II terhadap permohonan pengujian Pasal 27 ayat 3, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), di Mahkamah Konstitusi, Jl Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (19/3) sore.
    Sarah dan Rahma hadir sebagai saksi dari pihak pemerintah. Sidang yang dipimpin Ketua Hakim, Mohammad Mahfud MD ini menghadirkan pihak pemohon, yang melibatkan LBH Pers, PBHI, AJI, dan tersangka pencemaran nama baik, Narliswandi Pilian alias Iwan Piliang. Lalu, pihak pemerintah, termasuk Sarah dan Rahma.
    “Kami dirugikan karena dianggap sebagai perempuan yang bisa dibeli. Adik saya pernah kehilangan kamera, lalu fotonya tersebar di internet. Saya dan teman-teman juga pernah jadi korban hidden kamera, gambarnya ditayangkan di internet, sampai sekarang tidak pernah dihilangkan. Teman-teman saya di luar negeri bisa melihat gambar itu, yang sudah ditulis dalam berbagai bahasa, Itali, Rusia,” ungkap Sarah panjang lebar.
    “Tak ada kroscek sama sekali ke kami dari pembuat situs ini, tiba-tiba menampangkan foto, harga saya, dan nomor rekening yang saya tidak tahu sama sekali. Sumpah demi Allah. Bagus juga ada keinginan dari polisi untuk mengecek, dan menangkap pelakunya,” imbuh Rahma.
    Sarah sedih dan kesal karena jika pengguna internet searching Google dengan mengetik nama “Sarah” atau nama “Rahma”, foto, gambar, dan berita yang muncul hampir tidak ada yang positif. “90 persen pemberitaan dan foto saya sifatnya negatif, tidak ada yang bagus,” tutur Sarah
    “Sebagai manusia, saya punya orang tua, keluarga, anak, teman. Yang pasti, ini buat saya dan keluarga saya malu. Kemana saya bisa mengadukan hal ini? Anak saya akan melihat gambar itu. Mungkin, sampai saya mati, gambar-gambar itu takkan hilang selamanya, dan hal ini bisa terjadi pada siapa saja, karena mengadu pada ahlinya, gambar ini tetap akan ada. Ada orang buat website atas nama saya, menampangkan wajah saya di situ, dan dia jual alat peraga seks. Dan saya tak punya hak jawab. Sementara, orang bebas menghina dan mengolok-olok saya. Teman-teman saya di Amerika sampai bertanya, apa pelakunya tak bisa dituntut?” ujar Sarah tak bisa menahan tangisnya.
    Rahma pun sedih,“Terus terang saja, malu sekali. Saya single parent. Anak saya tumbuh besar dan mulai belajar komputer di play group nya. Bagaimana saya harus menjelaskan ke dia nantinya. Saya selalu jadi bahan olokan, sampai memutuskan ingin pindah dari sini karena malu, dan tidak bisa menuntut. Paling hanya menangis.”

0 comments: