• PUISI 2

    JALAN SAKSI

    Di pelataran jalan saksi
    Termenung aku menatap daun yang berguguran
    Berebut jatuh ke tanah di hempas angin nestapa
    Berserakan saling terinjak menahan sesak

    Langkah gontai yag terayun
    seakan bergeming tiada arah
    Trcerabutnya naluri tanpa pernah kembali
    Meringgis menggigil kemudian mati

    Arak-arakan awan laksana mata elang mengincar anak ayam
    Riak air yang berbui di lautan tak sanggup basahi sahara di dada
    kemudian berpaling menuju ilalang dan tersesat dalam labirin kehidupan



    KEMBALI

    Aku alpa dalam setiap desahan
    Aku lupa dalam setiap tarikan nafas
    Aku tak pernah ingat disetiap denyut nadi

    Lalu ketika aku kembali desahan itu tak berarti
    ketika aku teringat terikan nafas tiada bermakna
    Dan denyutan nadi pun terasa kosong

    Masihkah ada kasih yang menyeruak
    Masihkah ada cinta yang bergema
    Dan masihkah ada pelataran rindu

    Padahal purnama masih bersinar
    Bintang gemintangpun masih setia berkelip
    Hanya dengan asma-NYA keteduhan itu hinggap



    RAPUH

    Hanya ketika dipersimpangan kita bertanya
    Berharap tak tersesat dikeheningan
    Manusia hanya berjalan dan sesekali terjatuh
    Kemudian jiwa yang bangkit meraba sukma

    Bagai kelopak bunga yang berjatuhan
    Mengering layu kemudian hilang tersapu angin
    Ibarat debu diantara pasir
    Lalu hanyut terbawa air

    Kesombongan hanya raja sesaat
    Menumbangkan kemahasucian janji illahi
    Satu kata diatas kata ingkar
    Membenamkan kasih yang tak berujung

    Insan hanya sebuah ranting
    Mudah patah tumbang lalu menghilang
    Hanya titik air mata dalam doa
    Jauhkan rapuhnya setiap gelombang menuju nirwana


    SANUBARI YANG TERPATRI

    SEKUMPULAN PERI PUTIH BERSAYAP TERBANG DIATAS KEPALAKU
    BERPUTAR-PUTAR BERBENTUK LINGKARAN
    MEMBAWA TONGKAT KECIL SAMBIL KOMAT-KAMIT
    KEMUDIAN MEREKA BERKATA HADIRLAH CINTA MUSNAHKAN PETAKA
    RINDU YANG KUPUPUK DALAM SANUBARI YANG TERPATRI
    AKANKAH MENGGELAYUTI LALU MEMAKAN SERPIHAN JANJI
    TEROMPET KEDIGJAYAAN YG KUTIUPKAN HINGGA MENHILANG HINGGA UFUK BARAT
    MENCIRKAN KUTUKAN DEMI KUTUKAN


    CERMIN


    Bahkan kamu tak mapu menatapku
    Engkau hanya mengekor aku bergerak kekanan engkau kekiri, aku kekiri kau kekanan
    Aku berkedip engkaupun demikian
    Aku tertawa kaupun begitu namun tak bersuara
    Sendainya bibirmu mampu bergerak sendiri
    Seandainya matamu dapat berkata kepadaku
    Lalu hilangkan segala kegalauan
    Lalu musnahkan segala kegundahan
    Maka kan kucium engkau
    Ku anggap kau sahabat
    Namun kau cuma aku
    Yang terbias cahaya terpantul seolah diriku
    engkau bisa pecah hancur tak bersisa
    Dan hadirkan kembali gundah dan resah



    Cipt. Cahya 2008

0 comments: