melalui tendangan penalti. Tendangan pertama Kroasia, yang di-
eksekusi Luca Modric gagal menjebol gawang Rustu. Setelah itu
tendangan Turki yang dilakukan Arda Turan masuk. Adegan selanjutnya,
kita saksikan Dario Srna berhasil membobol gawang Rustu, walaupun
akhirnya kegagalan Rakitic dan sukese Hamit Altintop (Turki)
menghentikan langkah Kroasia di Euro 2008.
Ketika tendangan pertama Kroasia yang dieksekusi oleh Luca Modric
melenceng, apa yang dilakukan para eksekutor Kroasia selanjutnya?
Menghujat, mencaci maki, melakukan tendangan sambil mengumpat-ngumpat
dalam hati?
Sebagai manusia, sedikit banyak akan terpengaruh oleh keadaan dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Beban mental akan semakin berat,
emosi juga sangat mungkin terpengaruh. Akan tetapi para pemain
professional, diajari untuk bisa mengendalikan emosi, menguasai diri,
fokus pada apa yang dihadapinya, untuk bisa mencatatkan hasil terbaik.
Pada kasus di atas, Dario Srna mungkin contoh sempurna dari pemain
yang bisa menjaga penampilannya di saat-saat berat. Ia tetap berfokus
pada apa yang dihadapinya, untuk mencetak gol pada tendangannya
tersebut.
Setiap kita, seringkali dihadapkan pada situasi-situasi semacam itu.
Kita berada pada suatu team, kemudian melihat rekan satu team
berpenampilan mengecewakan. Entah karena memang terlihat hasilnya
buruk, seperti pada tendangan penalti, atau hanya karena pendapat
kita saja bahwa penampilannya buruk, yang notabene bisa jadi pendapat
kita itu salah.
Dalam situasi semacam ini, profesionalisme kita sebagai anggota team
ditantang. Kita harus bisa tetap fokus pada apa yang ditugaskan
kepada kita. Kita harus bisa menguasai diri, menguasai emosi,
bertindak sesuai dengan nilai-nilai professionalisme. Bisa
dibayangkan misalnya, ketika seorang penjaga gawang merasa pemain
depannya tumpul, kemudian ia maju ke depan ikut menyerang, maka bisa
dipastikan team tersebut akan dengan mudah dikalahkan. Ia harus tetap
di posisinya dan menjaga penampilannya sendiri tetap baik. Tidak
jarang suatu team kalah tapi penjaga gawangnya di-eluk-elukan karena
memang berpenampilan menawan pada pertandingan tersebut.
Lalu bagaimana dengan pemain depan yang payah itu? Percayakan urusan
itu pada pelatih dan manajemen team. Mereka yang akan menentukan
strategi, apakah mengganti pemain atau langkah lainnya. Percayakan
pada mereka, sebab kita yakin merekapun tak ingin team kita kalah.
Tetaplah jaga penampilan kita, pada posisi apapun kita ditempatkan,
bagaimanapun situasinya!
Ikhwati fillah, arena kita adalah medan da'wah, Penilai kita adalah
Allah swt. Ketika kita merasa anasir-anasir da'wah lain berpenampilan
payah, tetaplah pada amanah yang telah diembankan kepada kita.
Berilah penampilan terbaik kita, untuk paling tidak, meminimalkan
kekalahan yang (mungkin) akan terjadi. Percayakan proses evaluasi dan
perumusan strategi pada qiyadah kita, karena kepada merekalah saat
ini amanah untuk itu dibebankan. Allah Yang Maha Mengetahui tidak
akan salah memberi penilaian.
Wallahu a'lam.
0 comments:
Posting Komentar