Sesekali aku tersadar oleh bisikan nurani
Bahwa hamparan lautan takkan mampu ku bendung
Terpatri dalam buayan angan-angan yang berlalu
Menampar keras dalam balutan kearifan
Separuh kehidupan dalam himpitan kenyataan
Ternyata begitu menyesakkan dada
Derasnya kemunafikkan dalam diri menyiksa dan memaksa keingkaran
Terbelenggu itulah aku
Ohhh... nestapa yang tak kunjung sirna
Akankah rangkulanmu terus menerus mengebiri aku
Dan mengkerdilkan setiap langkah yang ku ayun
Lalu berlari tanpa cinta
Menanti Nirwana
Aku disini menanti nirwana
Dimana keindahan itu kuraih
Setiap saat ku dapat menatap pelangi
Dengan ditemani ribuan bidadari
Tak ada kebohongan, dendam, dan kepalsuan
Dimana kudapati kesenangan abadi yang tak pernah berlalu dan hilang
Terik mentari tak ada lagi
Kesombongan sirna sudah
Kemanakah kucari kesejukan itu
Kedamaian yang kuimpi-impikan
Dan surga itupun kurasa semakin menjauh
Tanpa pernah menoleh ke arah ku
Yang tersisa hanya kemarau
Tanpa ada setetespun embun
Dahaga pun mengering
Dan aku tetap menanti nirwana
Pagi yang gelap
Pagi itu tak sedikitpun cahaya
Gelap gulita pengap dan menyesakkan
Ia menghimpit asa menenggelamkan cita
Tanpa nurani tanpa keniscayaan
Bakarkan amarah yang tlah menjadi bara
Semua disekellingku hanya mencibir
Membandingkan dunia dengan nirwana
Padahal bumi dan langit tak pernah bersatu
Masih dalam gelap yang menyesakkan
Aku tak jua terbangun dari mimpi-mimpi pahit
Tersiksa dalam deraan batin
adakah ini dapat kupungkiri
lalu aku masih dalam gelap yang menyesakkan
Melumpuhkan akal sehat yang tercuri keraguan
Padahal tadi malam tak sedikitpun keindahan
Dan sungguh aku harus lari....
0 comments:
Posting Komentar